SANG PEMENANG

Senin, Oktober 05, 2009

Suatu ketika, tampak sekelompok anak laki laki sedang mengikuti sebuah
lomba mobil balap mainan di sebuah pusat perbelanjaan. Suasana sungguh
meriah siang itu, sebab, ini adalah babak final. Hanya tersisa 4 orang
dan mereka memamerkan setiap mobil mainan yang dimiliki. Semuanya
buatan sendiri, sebab, memang begitulah peraturannya.

Diantara ke 4 anak itu, Ada seorang anak bernama Randi. Mobilnya tak istimewa,
dibanding semua lawannya, mobil Randi lah yang paling tak sempurna.
Beberapa anak menyangsingkan bahkan meremehkan kekuatan mobil itu untuk
berpacu melawan mobil lainnya.

Yah, memang, mobil itu tak begitu menarik.Dengan tampilan seadanya , yang dibuat dari kayu yang sederhana dan sedikit lampu kedip diatasnya, tentu tak sebanding dengan hiasan mewah yang dimiliki mobil mainan lainnya. Namun, Randi bangga terhadap
mobil yang dimilikinya , karena mobil itu buatan tangannya sendiri.

Tibalah
saat yang dinantikan. Final kejuaraan mobil balap mainan. Setiap anak
mulai bersiap di garis start, untuk mendorong mobil mereka
kencang-kencang. Di setiap jalur lintasan, telah siap 4 mobil, dengan 4
"pembalap" kecilnya. Lintasan itu berbentuk lingkaran dengan 4 jalur
terpisah diantaranya.

Namun, sesaat kemudian, Randi meminta
waktu sebentar sebelum lomba dimulai. Ia tampak menepi dan
berkomat-kamit seperti sedang berdoa. Matanya terpejam, dengan tangan
yang bertangkup memanjatkan doa. Lalu, semenit kemudian, ia berkata,
"Ya, aku siap!"

1..2...3...Dor. Tanda pertandingan dimulai.
Dengan satu hentakan kuat, mereka mulai mendorong mobilnya kuat-kuat.
Semua mobil itu pun meluncur dengan cepat. Setiap orang bersorak-sorai,
bersemangat, menjagokan mobilnya masing-masing.
"Ayo...ayo.. .cepat... cepat, maju...maju" , begitu teriak mereka. Ahha...
sang pemenang harus ditentukan, tali lintasan finish pun telah
terlampaui. Dan Randi lah pemenangnya. Ya, semuanya senang, begitu juga
Randi. Ia berucap, dan berkomat-kamit lagi dalam hati "Terima kasih."

Saat pembagian piala tiba. Randi maju ke depan dengan bangga. Sebelum piala
itu diserahhkan, ketua panitia bertanya. "Hai jagoan kecil kamu pasti
tadi berdoa kepada Tuhan agar kamu menang, bukan?". Randi terdiam.
"Bukan, Pak, bukan itu yang aku panjatkan" Ia lalu melanjutkan,
"Sepertinya, tak adil rasanya meminta pada Tuhan untuk menolong saya
demi mengalahkan orang lain. Aku , hanya bermohon pada Tuhan, supaya
aku tak menangis, jika aku kalah." Semua hadirin terdiam mendengar
ungkapan bijak dari mulut seorang anak laki laki kecil. Setelah
beberapa saat, terdengarlah gemuruh tepuk-tangan yang memenuhi ruangan.

Renungan :
Anak-anak
tampaknya lebih punya kebijaksanaan dibanding kita semua. Randi ,
tidaklah bermohon pada Tuhan untuk menang dalam setiap ujian, juga tak
memohon kepada Tuhan untuk meluluskan dan mengatur setiap hasil yang
ingin diraihnya. Anak itu juga tak meminta Tuhan mengabulkan semua
harapannya. Ia tak berdoa untuk menang, dan menyakiti yang lainnya.
Namun, ia memohon pada Tuhan, agar diberikan kekuatan saat menghadapi
itu semua. Ia berdoa, agar diberikan kemuliaan, dan mau menyadari
kekurangan dengan rasa bangga.

Mungkin, telah banyak waktu yang kita lakukan untuk berdoa pada Tuhan untuk mengabulkan setiap permintaan kita. Terlalu sering juga kita meminta Tuhan untuk
menjadikan kita nomor satu, menjadi yang terbaik, menjadi pemenang
dalam setiap ujian. Terlalu sering kita berdoa pada Tuhan, untuk
menghalau setiap halangan dan cobaan yang ada di depan mata. Padahal,
bukanlah yang kita butuh adalah bimbingan-Nya, tuntunan- Nya, dan
panduan-Nya?

Kita sering terlalu lemah untuk percaya bahwa kita
kuat. Kita sering lupa, dan kita sering merasa cengeng dengan kehidupan
ini. Tak adakah semangat perjuangan yang mau kita lalui? Saya yakin,
Tuhan memberikan kita ujian yang berat, bukan untuk membuat kita lemah,
cengeng dan mudah menyerah. Sesungguhnya, Tuhan sedang menguji setiap
hamba-Nya yang shaleh.

0 komentar: